Tak ada hadiah
mewah yang dapat kuberikan untukmu, seorang gadis bersuara lembut yang selalu
menemani larut malamku, kala insomnia
menyerangku tanpa henti. Hanya untaian kata yang kupersembahkan untukmu yang kini
telah menghilang dari pendengaranku. Semoga kau terus bersemangat menjalani
sisah hidup yang telah dokter ramalkan. Aku harap kau dapat membaca tiap bait
yang kutulis
sebagai ungkapan betapa kangennya aku. Sampai saat ini, rasa
penasaran terus membayangiku. Kau begitu
tega membiarkanku tenggelam dalam tanya, tanpa tahu seperti apa wujud nyatamu. Meski
sudah berulang kali kuyakinkan, aku akan menerimamu apa adanya, dengan segala
kekurangan dan keterbatasanmu.
Memang kita bertemu tanpa wasilah yang jelas. Berawal dari susunan
angka yang kuacak, ketika ucapan salamku terbalas dalam pesan singkatmu, aku
semakin gencar kirimkan pesan. Seiring berjalannya waktu, terjalin keakraban diantara
kita lewat suara. Aku mulai merasakan banyak kesamaan dalam menjalani hidup. Tentang
agama, keluarga, dan banyak hal yang membuatku semakin yakin, jika kita berjodoh, dalam hal persahabatan. Aku yakin, persahabatan ini adalah takdir Tuhan.
Masih kuingat dengan jelas, ceritamu tentang repotnya menjadi seorang
pengajar di Taman Kanak-Kanak dan pandangan miring keluargamu yang menentang, dan tak menyetujui
profesimu. Dimata mereka, mungkin bukan profesi yang
membanggakan. Tapi menurutku, merupakan profesi yang cukup bernilai. Karena
dapat melatih kesabaran dan sebuah proses pembelajaran, merasakan secara langsung, senyum lepas yang
begitu di rindukan oleh orang dewasa. Dan senyum itu ingin kurasakan Zy.
Setiap malam, ketika banyak mata tengah melepas lelah, segala
aktifitas mulai tak terdengar. Di saat
itu, aku mulai sibuk dengan Handphone yang sudah kucharger penuh, agar
tak habis ketika adzan subuh berkumandang. Nomor yang akan kutuju, sudah pasti milikmu. Selepas
melaksanakan Tahajud, dirimu selalu memberi isyarat. Dan kita selalu berbincang-bincang.
dengan lancar, dirimu ceritakan segala sesuatu yang terjadi. Tentang kenakalan dan kelucuan murid-muridmu,
juga perkembangan tubuhmu yang mulai diakrabi oleh penyakit yang menggerogoti sedikit demi
sedikit sisa umurmu.
Di mataku, dirimu gadis hebat, Zy. Meski bermacam penyakit terus menyiksa,
senyummu selalu terpancar dan tetap tegar menjalani. Aku tak kuasa mendengar ceritamu, dan sempat menitikan airmata. Dirimu lantas membentakku dan berkata “Hidup
ini cobaan ditengah perjalanan yang
cukup singkat, rasa sakit yang diderita tak sebanding dengan nikmat Tuhan yang
telah dikucurkan.” Dan pada saat itu pula, aku berhenti menangis.
Suatu malam aku pernah mengeluh, tentang
dunia yang menurutku tak adil. Aku merasa bagai sampah yang tak berguna, aku
malu dengan pekerjaanku, yang hanya menjadi seorang kuli serabutan, digajih
dengan ukuran lelah pundak. Dirimu lantas menasihatiku dengan suara lembut, dan
itu membuat semangatku kembali bangkit. Dan
aku mulai percaya, apa yang dikerjakan selalu bernilai ibadah, selagi dilakukan
dengan tujuan dan cara yang halal.
Aku harap, dirimu sudah melupakan
imajinasi liar yang salah kaprah jika melihat nasi. Aku mohon Zy, Nasi itu
sangat penting untuk menambah katahanan tubuhmu. Buang jauh-jauh kebiasaan
burukmu mengkonsumsi rujak yang asam dan pedas, itu semua membuat asam lambung dan
infeksi ginjalmu kambuh. Satu hal lagi, tolong
jauhi emping, yang memancing batuk darahmu yang anyir. Sayangi dirimu Zy,
sebagaimana aku yang menyayangimu.
Hari memang penuh warna, tak melulu
harus serius. Terkadang aku mengingat kelucuanmu. Aku pernah tersenyum sendiri,
saat pundakku di timpah karung yang berat. Orang-orang di pasar menganggap aku
sinting. Dirimu tentu ingat, saat kata
ini terucap “Aku jarang nguap dan buang gas” pada kata-kata itu, aku tersenyum
dan membekap handphone dengan jari
tanganku. Aku takut menyinggung perasaanmu. Maafkan aku yang telah
menertawaimu.
Semua serba misteri, ketika suaramu
tak lagi terdengar. dimana keberadaan dirimu, aku tak tahu, padahal jarak rumah
kita hanya sepelemparan batu saja. Berulang kali aku meminta untuk bertemu, tapi izinmu tak juga kudengar
hingga saat ini.
Biarkan aku bertemu, walau hanya satu kali
saja. Meski wajah yang kau tutup dengan hijab dan cadar. Walau sekedar melirik bola mata yang selalu kau tundukan. Agar
aku yakin bahwa dirimu memang ada.
Bukankah suatu hal yang wajar, bila
aku ingin selalu mendengar suaramu tanpa
jarak? Apakah dirimu tak yakin, perasaan
ini tulus dari hati. Bukan sekedar rasa kasihan padamu.
Aku tahu, hidup bukan tentang
ramalan. Di sisa waktu yang tak banyak, izinkan aku bertemu denganmu. Jangan membentengi
dirimu dengan sebuah kalimat yang membuatku semakin tersudut. Memang kita tidak pernah tahu kapan kematian akan
datang menjemput. Percayalah, aku begitu mencintaimu, jika memang pernikahan itu jalan keluar untuk
kita bertemu. Aku siap. Aku berjanji, akan mengajakmu pergi berkencan ke Gunung
Pinang. Tak jauh bukan? Yah! Gunung Pinang
yang berada di sebrang jalan rumahmu.
Bukankah kita sudah bersahabat lama?
Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar. Kita sering berbagi dan saling merasakan
betapa sulitnya melewati perjalanan hidup ini. Mengapa, hanya karena aku ingin
mendonorkan sebelah paru-paru dan ginjalku padamu, membuatmu tersinggung. Dengan
sekejap engkau menghilang dan memutuskan komunikasi denganku. Aku hanya ingin
menjadi orang yang berguna Zy. Itu pembuktian bahwa aku benar-benar
mencintaimu. Hidupku terlalu kotor dengan tumpukan dosa, dan aku rasa dirimu
lebih layak menikmati hidup panjang dibandingkan aku.
“jangan mengukur diri melalui
cermin, nampak sama padahal tak sama. Semuanya serba terbalik, kanan menjadi
kiri, begitu juga sebaliknya. Bercerminlah pada hatimu.” pada bagian ini aku
belum memahaminya. Andai dirimu membaca tulisanku ini, tolong jelaskan. Agar aku
tak salah. Sungguh aku tak berani menafsirkan dengan jelas apa
maksudmu. Semuanya hanya sebatas kemungkinan saja.
Jika
dirimu memang masih berada di dunia ini, izinkan aku bertemu denganmu. Jika memang
kita tak pernah bisa bertemu di dunia ini. Kuharap, surga adalah tempat yang
terindah untuk kita berjumpa. Aku akan
terus membenahi diri dan menjadi pribadi yang lebih baik. Agar diriku bisa
bertemu dirimu di surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar