Senin, 13 Januari 2014

mimpi buruk selepas magrib




            Matahari  di selatan Lampung berubah merah seperti bara yang terkena hempasan angin. Semua yang bisu, mulai membuka mulut dengan lantang menghujat. Bak meriam bambu yang disulut dengan percikan api.  Semua yang dulu memuja dan mendukung, berbalik mencaci dan menenggelamkan diri dalam emosi, entah berpura-pura, atau memang kecewa sesungguhnya.
 Atmosfir kian memanas, Suara gembrung mengalun lebih padu, mengundang semua orang keluar dari sarangnya, seperti semut yang merindu manisnya gula. Menari dan menyanyi bagai sekumpulan burung yang dilepas dari sangkarnya.
Pintu istana tetap terkunci ,meski ribuan kepala menggedor dengan paksa. Hanya gedung tua yang membuka lebar gerbang,  seiring wangi makam, tanpa bunga. tak ada siyul, mulut renyah tak lagi mengucap gampang. tak ada lagi tawa, penghangus paru-paru telah disita. dalam keranda api terbakar. Dalam doa, semut-semut bersandar.


             
Mangga II. 18-08-2003
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar