Aku tak tahu harus bagaimana lagi
melepas semua belenggu bathin ini, Aku semakin terpenjara dalam keterasingan sepi. Yang
ada hanyalah kesunyian panjang yang membuatku semakin tersedot ke dalam lumpur
hidup. Tenggelam, aku mulai kehilangan kepercayaan diri yang susah payah
kubangun. Bangunan yang tak lebih dari sebentuk istana pasir, atau sulaman jaring laba-laba.
Apakah ini semua awal dari
sebuah akhir? Atau, akhir dari sebuah proses yang akhirnya akan benar-benar berakhir. Entahlah. Yang aku tahu, hati memang selalu berubah-ubah sebelum berbuah, mungkin
juga sesudahnya. Terkadang ia menjelma hakim yang bijak, terkadang serupa
pengacara dan jaksa yang selalu menuntut. Atau, hanya menjadi hati itu sendiri.
Hati dan pikiranku masih terus berdiskusi. Saling mengkritik,
membangun dan menjatuhkan. Pertikaian
akan terus terjadi, sebelum ada kata sepakat yang menghasilkan
keputusan. Yah! sebuah keputusan yang nantinya
akan menentukan. Pada semuanya, biarlah waktu yang berbicara dengan caranya
sendiri.
Karena tak semua orang ingin
tahu, kupersilahkan sadarku menjilati ke galauan ini. Karena tak semua orang mau
tahu, kuizinkan kerapuhan menelanjangi rasaku. Karena sebagian orang hanya ingin tahu, biarkan saja aku tenggelam dalam kepedulianku.
Apa yang kalian tahu tentangku? Nyatakan saja padaku. Apa yang kalian ingin tahu dariku? Tanyakan padaku
saja, jangan tanyakan pada mereka. Apa yang mereka nyatakan mungkin hanya mereka-reka.
Sesungguhnya, akupun tak
tahu siapa diriku. Lalu, pada siapa aku akan bertanya tentang diriku? Kalian? atau, mereka? Bukankah kalian dan aku adalah mereka? Entahlah,
aku bingung untuk menjawabnya. Apakah
ini sebuah pernyataan ataukah pertanyaan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar