Jumat, 14 Februari 2014

Valentine itu, di pertanyakan?



                Sejak kemarin malam, aku menggapai imajinasi untuk menuliskan tentang hari valentine. Tapi tak kudapati, kubiarkan jemariku berada di atas keyboard tanpa menari, menatap layar biru dan putih Microsoft world. Garis hitam pada layar putih berkedip bagai kunang-kunang yang tak bergeser dari paragraf awal.
                Entah apa yang membuatku tak bisa menuliskan tentang hari kasih sayang yang selalu di warnai dengan warna merah muda, di lambangkan oleh bunga dan coklat, serta  dihiasi aroma keromantisan. Terkadang aku bertanya, apakah kasih sayang itu harus dirayakan pada suatu tanggal atau bulan yang menjelma hari? Atau memang itu hanya pertanyaan sederhana yang tak bisa aku jawab sendiri. Tapi entahlah, aku rasa semua kepala pasti memiliki jawaban masing-masing untuk menyikapi suatu pertanyaan yang memang tak ada kejelasan di dalamnya. Atau sekedar ikut-ikut meramaikan tanpa memikirkan  jawabannya.
                Kasih sayang yang diungkapkan lewat warna merah muda, simbol dari keceriaan.  Dalam dunia yang penuh dengan warna, aku mencari warna arti cintaku yang masih dibaluti dengan segudang pertanyaan yang membuatku terkurung didalamnya. Apakah cinta itu sebuah warna? Atau memang cinta itu harus berwarna? Dalam hitam dan suram pandanganku akan arti cinta dan kasih sayang, aku coba menyusuri jalan panjang yang berliku, terjal, hinggap di rerumputan dan terjerambab dalam jurang kenistaan. Apakah itu warna cinta yang kelam? Ah, entahlah. Aku rasa cinta itu sebuah rasa bukan tentang warna.
                Kasih sayang itu manis seperti coklat. Cinta memang rasa yang dirasakan, bukan dikecap apalagi dikecup. Haruskah Ia selalu manis? Atau memang harus melupakan jika ia berakhir pahit. Bukankah rasa itu
selalu berpasangan dengan yang berlainan, bagai manis dan pahit. Setelah kita mengecap pahit apakah itu bukan kasih sayang? Terkadang tak pernah terfikirkan, yang manis justru pahit dirasa dan yang pahit, terasa manis di lidah. Memang rasa itu fana dan semu, menjebak dan justru menjerumuskan bila salah mengartikan.
                Banyak orang yang berkata tentang arti kasih sayang yang salah di artikan, antara dikasih lalu disayang, karena sayang lalu di kasih. Bukan rahasia lagi memang, tentang malam kasih sayang yang selalu di hiasi bunga dengan romantisme pacaran. Ajang maksiat dengan dalih sejauh mana pembuktian cinta sang pasangan.  Memberi kasih sayang, yang akhirnya menjurus pada sebuah kesesatan tentang arti yang terkandung didalamnya.
                Disadari atau tidak, ini adalah hal yang nyata. Walau di pandang dari kacamata manapun, ini memang sebuah penyempitan pandangan. Tak semua memang, tapi tak sedikit juga yang masuk kedalam lingkaran yang mengatas namakan cinta dan kasih sayang. Hingga akhirnya aku bertanya kembali pada diri ini, haruskah kasih sayang itu di rayakan??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar